Oleh
Unknown
Senin, 05 Agustus 2013
Waktu
istri saya dioperasi cesar, Saya berdiri tegak sebelah dokter, Melihat
jelas mata kepala sejak pisau bedah menyayat perut istri, Disobeknya
rahim, Kain yang dimasukkan kedalam perut, Tangan bu dokter menyelinap
kedalam dan kemudian mengambil kepala bayi, Hingga dijahit laginya perut
istri
Orang bilang operasi cesar lebih aman dan ga begitu menyakitkan dibanding cara lahir normal yang harus mengejan, Tapi bagi saya itu mengerikan ! Istri saya memang ga menyaksikan seluruh prosesnya, Dia sadar tapi perutnya dimasuki besi, Pisau, Jarum, Kain, Serta tangan para dokter bedah. Hebatnya dia lakukan dengan ikhlas, Rela, Sepenuhnya memikirkan kondisi bayi yang 5 hari berkecamuk didalam perut ga bisa keluar terlilit usus di kepala dan kaki kanan. Lebih baik perut diobrak-abrik daripada calon lelaki (InsyaAllah) dalam tubuhnya tumbang sebelum sempat saling bertatap mata !
Sepanjang operasi airmata saya ga terbendung. Saya ingat Ummi ! Semua pelajaran, Nasihat, Dan pepatah wajibnya berbakti para orangtua terutama ibu mengecil ga setitik debu dibanding pengalaman nyata menyaksikan sendiri perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya !
Apalagi saya dilahirkan normal, Dengan pertaruhan lebih besar, Antara hidup dan mati, Untuk kemudian mati-matian dibesarkan yang hasilnya malah durhaka setengah mati !
Kelar operasi saya telp Ummi, Tapi kemudian saya tutup lagi. Saya masuk kamar mandi dan menangis lagi sejadi-jadinya. Mengingat semua kedurhakaan yang saya lakukan tapi selalu beliau maafkan dan lupakan seluruhnya, Baik kedurhakaan saya, Ataupun setiap kasih sayang beliau berikan tanpa pernah diungkit sedikitpun
Saya beruntung masih punya ayah dan dua ibu yang bersedia memaafkan seluruh dosa saya pada mereka. Saya beruntung masih Allah beri kesadaran bahwa sebesar apapun amal bakti seorang anak pada ibu bapaknya ga akan bisa mengalahkan pilihan yang mereka ambil waktu melahirkan sang anak :
"Lebih baik aku mati daripada anakku mati"
Orang bilang operasi cesar lebih aman dan ga begitu menyakitkan dibanding cara lahir normal yang harus mengejan, Tapi bagi saya itu mengerikan ! Istri saya memang ga menyaksikan seluruh prosesnya, Dia sadar tapi perutnya dimasuki besi, Pisau, Jarum, Kain, Serta tangan para dokter bedah. Hebatnya dia lakukan dengan ikhlas, Rela, Sepenuhnya memikirkan kondisi bayi yang 5 hari berkecamuk didalam perut ga bisa keluar terlilit usus di kepala dan kaki kanan. Lebih baik perut diobrak-abrik daripada calon lelaki (InsyaAllah) dalam tubuhnya tumbang sebelum sempat saling bertatap mata !
Sepanjang operasi airmata saya ga terbendung. Saya ingat Ummi ! Semua pelajaran, Nasihat, Dan pepatah wajibnya berbakti para orangtua terutama ibu mengecil ga setitik debu dibanding pengalaman nyata menyaksikan sendiri perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya !
Apalagi saya dilahirkan normal, Dengan pertaruhan lebih besar, Antara hidup dan mati, Untuk kemudian mati-matian dibesarkan yang hasilnya malah durhaka setengah mati !
Kelar operasi saya telp Ummi, Tapi kemudian saya tutup lagi. Saya masuk kamar mandi dan menangis lagi sejadi-jadinya. Mengingat semua kedurhakaan yang saya lakukan tapi selalu beliau maafkan dan lupakan seluruhnya, Baik kedurhakaan saya, Ataupun setiap kasih sayang beliau berikan tanpa pernah diungkit sedikitpun
Saya beruntung masih punya ayah dan dua ibu yang bersedia memaafkan seluruh dosa saya pada mereka. Saya beruntung masih Allah beri kesadaran bahwa sebesar apapun amal bakti seorang anak pada ibu bapaknya ga akan bisa mengalahkan pilihan yang mereka ambil waktu melahirkan sang anak :
"Lebih baik aku mati daripada anakku mati"
0 Komentar untuk "WAKTU ISTRI SAYA DIOPERASI CESAR"