Tidak ada janji yang tidak bisa di tepati
Mungkin semua ini
Hanyalah awal yang bermula dari sebuah imajinasi
Tetapi akhir cerita
Adalah kekekalan yang abadi
Bogor, Indonesia, 21th September 2012
Indonesia High School, adalah sekolah elit dan terbesar di Indonesia. Sekolah ini juga merupakan tempat berkumpulnya murid-murid genius dari beberapa kota di Indonesia bahkan murid dari luar negeri pun bersekolah di Indonesia High School. Salah satu murid paling menonjol di sekolah ini adalah Keane Lennon, ia seorang lelaki yang genius di bidang komputer dan musik, segala hal tentang komputer dia ahlinya, semua lyric music dia hafal, bermain alat musik, tanya padanya dan belajarlah kepadanya, dia penasehat yang baik. Dia juga ahli dalam bidang kedokteran, oleh karena itu rumahnya di jadikan rumah sakit sederhana yang di buat bersama ayahnya yang juga merupakan lulusan kedokteran.
"Fuh...pemandangan yang seperti biasa kulihat di kelas...ada yang nyontek tugas, ada yang ngebersihin kelas, ada yang pacaran, ada yang ribut-ribut gak jelas...huh..." gumam Keane pelan.
"Membosankan....." tambahnya.
"Hei Keane!" panggil seseorang.
"Ahh Mutia, ada apa?" tanya Keane dengan senyum di wajahnya.
"Emmm....aku mau pinjam buku Fisika, aku belum ngerjain 'PR' nih!" pinta Mutia dengan wajah yang memelas.
"Ah, dasar kau ini, kebiasaan!" jawab Keane dengan senyuman di wajahnya yang sudah menghilang.
"Ayolah, aku pinjam!" pinta Mutia, tetapi kali ini ia membuat matanya berkaca-kaca seakan mau nangis.
"Tidak, aku bukan tempat contekan!" jawab Keane.
"Hiks....." Mutia terisak dan mulai menagis.
"Oh tidak..." batin Keane. Sedingin apapun hatinya, air mata perempuan adalah satu hal yang dapat melelehkan es di hatinya.
'Su-sudahlah...ja-jangan cengeng." ujar Keane.
Namun bukanya berhenti menangis, Mutia malah membuat matanya semakin basah dengan air mata, tidak kuasa menahan beban dan perasaan, ia pun menagis lepas.
"Mutia jangan...."
"Hwaaaaaaaa...."
Terlambat, tangisan nya sudah tidak terelakan lagi.
Keane benar-benar panik, semua mata tertuju pada mereka berdua. Apa yang harus dilakukan untuk menenangkan gadis di depanya ini? Berpikirlah Keane, ayo berpikir.
"Okay okay Mutia, kita kerjakan bersama saja." ajak Keane. Ide sepertinya datang begitu cepat padanya.
Mutia terdiam. Mata bundarnya membesar menerawangi wajah Keane secara seksama, bahkan wajah Mutia dengan wajah Keane hanya berjarak 5cm saja. Dan ini sukses membuat wajah Keane memerah..
"Ughhh....." ini membuat Keane tidak nyaman.
"Bersama?" tanya Mutia dengan begitu polosnya.
Keane menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskanya lalu kemudian menjawab, "Ya...kita kerjakan bersama, mungkin dengan cara ini kau tidak akan mencontek tugas ku lagi."
Bersama... Satu kata yang dapat menghapus air mata Mutia. Satu kata yang dapat mengembalikan senyumanya.
Dengan semangat menggebu, "Ayo kita kerjakan!"
"Ayolah berpikir rasional! Cibinong dan Bogor itu jauh!"
Keane benar-benar panik, semua mata tertuju pada mereka berdua. Apa yang harus dilakukan untuk menenangkan gadis di depanya ini? Berpikirlah Keane, ayo berpikir.
"Okay okay Mutia, kita kerjakan bersama saja." ajak Keane. Ide sepertinya datang begitu cepat padanya.
Mutia terdiam. Mata bundarnya membesar menerawangi wajah Keane secara seksama, bahkan wajah Mutia dengan wajah Keane hanya berjarak 5cm saja. Dan ini sukses membuat wajah Keane memerah..
"Ughhh....." ini membuat Keane tidak nyaman.
"Bersama?" tanya Mutia dengan begitu polosnya.
Keane menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskanya lalu kemudian menjawab, "Ya...kita kerjakan bersama, mungkin dengan cara ini kau tidak akan mencontek tugas ku lagi."
Bersama... Satu kata yang dapat menghapus air mata Mutia. Satu kata yang dapat mengembalikan senyumanya.
Dengan semangat menggebu, "Ayo kita kerjakan!"
=====><=====
Rumah Mutia, Bogor, 22th September 2012
Terkutuklah angin malam yang menyelinap lewat kamar jendelanya.
Terkutuklah hujan deras yang mengguyur malam-malam.
Dia melirik jam, pukul 01.00 pm.
Dia berlindung dibalik selimutnya. Tubuh mungilnya menggigil kedinginan. Tangan nya berusaha untuk menggapai handphone yang terjatuh di bawah tempat tidur. Ia berniat untuk menelepon ibunya yang saat ini sedang berada di luar kota untuk mengurus pekerjaan. Dia terdiam sejenak, tidak, aku tidak boleh merepotkan ibu, aku tidak ingin membuatnya khawatir dengan kondisi ku. Kemudian ia memilih salah satu kontak dan menelepon nya.
"Selamat malam. Aku Keane Lennon, ada apa Mutia?"
"Haha, bahasa mu itu baku sekali Keane...Hachooo!" jawab Mutia sambil terbatuk-batuk.
"Kau sedang sakit?" tanya Keane khawatir.
"Ah tidak, siapa yang sakit....Hachoooo!"
"Hei, kau pikir aku tidak tahu apa? Jangan bertindak sembrono seperti itu! Aku akan kerumah mu sekarang!"
"Kau bodoh! Jam segini mana ada angkutan umum! Lagi pula ini sedang hujan deras!"
"Aku akan jalan kaki."
"Dasar gila!"
"Aku tidak gila! Sudah lah, berhenti mengoceh seperti itu! Itu hanya akan memperparah kondisimu!
"Ayolah berpikir rasional! Cibinong dan Bogor itu jauh!"
"Ku lakukan apapun agar penyakit mu sembuh, itu janjiku! Dan aku akan selalu bersamamu."
"....bodoh."
=====><=====
Keane orang yang nekat.
Oh ayolah, tidak ada orang normal yang mau berjalan kaki dari Cibinong ke Bogor di tengah malam yang hujan deras ini.
Keane memakai mantel berwarna putih, kemudian keluar dari rumahnya dan nekat menuju rumah Mutia dengan berjalan kaki.
Ya...nekat...
Tetapi nekat untuk cinta itu wajar kan?
=====><=====
Ting-Tong-Ting-Tong
"Hei Mutia! Ini aku Keane! Cepat bukakan pintunya!" pinta Keane dari luar rumah.
Mutia tidak habis pikir, orang seperti Keane yang tidak mau memberikan contekan padanya, malah nekat datang malam-malam begini kerumahnya, ketika seharusnya ia sudah beristirahat?
"Hei?" panggil Keane, "Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Keane.
"Tidak...aku tidak memperhatikan mu... aku hanya.." jawab Mutia terputus.
"Sudahlah, coba kau berbaring disana, aku akan memeriksa mu!" perintah Keane sambil mengeluarkan alat-alat kedokteran yang ia bawa tadi dari rumahnya.
"eh....iya." jawab Mutia.
=====><=====
"Jujur pada ku...di mata mu...kau punya penyakit apa?" tanya Keane.
"Mungkin ini cuma meriang...dan mataku...tidak punya penyakit apa-apa..." jawab Mutia
"Jangan bohong!"
"Aku tidak bohong!"
"Kau lupa apa pura-pura lupa hah? Aku ini assisten ayahku yang seorang dokter, aku tahu kalau mata mu terkena kanker!"
"Tidak....aku...."
"Aku tidak habis pikir kau masih berusaha menutupinya, sudah lah cepat istirahat!" perintah Keane sambil menyelimuti tubuh Mutia.
"Sudah lah lebih baik kau pulang saja Keane, aku sudah tidak apa-apa." kata Mutia.
"Aku akan menginap disini."
"Tapi kau besok harus sekolah."
"Lalu kau? Kau juga harus sekolah kan?"
"Aku sudah minta izin ke temahku."
"Kupikir....aku akan tetap disini dan merawat mu."
"Pikirkan lagi bodoh!"
Keane mengambil handphone dari saku celananya dan menelepon seseorang, "Ayah maaf, aku tidak bisa membantu ayah dirumah sakit besok, karena temanku ada yang sakit, jadi aku harus merawatnya, benarkah, baiklah, terima kasih." Lalu Keane kembali menelepon seseorang, "Hei Melvin, tolong beritahu ke sekretaris kalau aku izin, tidak aku tidak kemana-mana, siapa? ah kau tidak perlu tahu."
"Pemikiran selesai..." jawab Keane.
"Hah....terserah kau saja....tapi disini hanya ada satu kamar, dan kamar itu hanya disini."
"Aku akan tidur di sofa depan saja..."
"Terserah...." jawab Mutia jutek.
=====><=====
Seberkas cahaya masuk melalui sela-sela tirai berwarna pink itu. Burung-burung berkicau merdu dengan riang. Terlalu riang hingga membuat seorang gadis terbangun.
Gadis itu membuka matanya perlahan-lahan, sekejap, ia menghirup aroma sedap dari arah dapur.
"Aroma roti yang sedang di bakar..." ucapnya pelan.
Dia memutuskan untuk turun dari tempat tidurnya dan menuju dapur.
"Selamat pagi Mutia, apa tidur mu nyenyak?"
Mutia di sambut dengan senyuman hangat dan lembut.
"Ini makanlah!" pinta Keane sambil memberikan roti bakar buatan nya.
"Terima kasih....." jawab Mutia singkat.
"Ibu.... Keane kemana? Ia pergi kemana?" tanya Mutia.
Ia berjanji akan selalu menunggunya. Menunggu seorang lelaki yang berjanji untuk terus bersamanya. Ya....Itulah janji mereka berdua... Pasti anda semua pernah mendengar bahwa sahabat bisa jadi cinta... Dan inilah yang sedang ke dua insan itu rasakan....
Gadis itu membuka matanya perlahan-lahan, sekejap, ia menghirup aroma sedap dari arah dapur.
"Aroma roti yang sedang di bakar..." ucapnya pelan.
Dia memutuskan untuk turun dari tempat tidurnya dan menuju dapur.
"Selamat pagi Mutia, apa tidur mu nyenyak?"
Mutia di sambut dengan senyuman hangat dan lembut.
"Ini makanlah!" pinta Keane sambil memberikan roti bakar buatan nya.
"Terima kasih....." jawab Mutia singkat.
=====><=====
"Aku ingin keluar jalan-jalan." kata Mutia.
"Tidak boleh! Kau masih sakit!" larang Keane dari arah dapur.
"Kau bukan ibuku ku! Kau tidak berhak memerintahku!" kata Mutia keras. Kemudian berlari keluar meninggalkan Keane yang sedang mencuci piring di dapur.
"Dasar sembrono!" gumam Keane yang kemudian berlari keluar mencoba mencari keberadaan Mutia.
=====><=====
Mutia saat ini sedang berjalan di trotoar, matanya memandang lurus kedepan, kosong, ia masih tidak habis pikir bahwa seorang Keane Lennon yang bahkan memberikan contekan padanya saja ia tidak mau, tetapi ia malah mau merawatku, bahkan berjalan kaki dari Cibinong ke Bogor di tengah hujan dia mau melakukanya? Ingatan-ingatan memori di otaknya membuatnya melamun.
Tiba-tiba dari arah kanan, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi datang kearah Mutia dan....Bruaaaaghhh!!!!!!
=====><=====
Rumah Sakit, Bogor, 22th September 2012
"Dokter! Bagaimana keadaanya? Apa ia baik-baik saja?" tanya seorang pemuda.
"Anda siapa? Apa anda kenal dengan gadis ini?" tanya dokter.
"Aku Keane Lennon, aku teman nya."
"Begini....matanya harus segera di angkat...kalau tidak....kanker di matanya akan menyebar ke tubuh yang lain nya...kecelakaan yand di alaminya tadi membuat kondisi matanya semakin parah..." jawab dokter panjang lebar.
Ternyata Mutia mendengar pembicaraan Keane dengan dokter dari dalam ruang. Air mata mengalir dari matanya dan turun hingga ke pipinya.
"Aku....tidak akan.....bisa melihat lagi...." gumamnya pelan.
"Aku......"
Karena banyak pikiran dan kaget mendengar pembicaraan tadi, akhirnya Mutia pingsan.
=====><=====
"Mutia....Mutia..!" panggil seseorang.
Perlahan-lahan Mutia membuka matanya....
Dan ia.....
Masih bisa melihat....
"Ibu..." gumam Mutia.
"Syukurlah kamu tidak apa-apa Mutia, ibu senang sekali, maafkan ibu." kata ibu Mutia sambil memeluknya.
"Mataku...tapi bukan nya mataku....Keane? Dimana dia? Dimana dia ibu?" tanya Mutia.
"Dia pergi....dan ia meninggalkan surat ini...."
To Mutia
Mutia maaf... Aku tidak bisa bersamamu lagi... Padahal terus bersamamu adalah janjiku pada mu... Maaf aku tidak bisa menepatinya... Sekali lagi maaf... Dan juga terima kasih... Karena berkat kamu lah aku dapat mengenal persahabatan... air mata... dan cinta... Aku harap mataku akan bisa melihat masa depan mu... Aku ingin kau gunakan mataku untuk melihat hal-hal yang indah... Aku tidak ingin mataku di basahi air matamu... Karena aku ingin kamu terus tersenyum menatap kedepan dengan mataku... Aku mungkin akan kembali... Terima kasih... I love you...
Keane Lennon
"Jadi mata ini... Aku melihat dengan mata....Keane..." batin Mutia. Air mata terus mengalir dari matanya
"Ibu.... Keane kemana? Ia pergi kemana?" tanya Mutia.
"........................." ibunya hanya terdiam mendengar pertanyaan Mutia.
"Keane...kau berjanji kau akan terus bersama ku...kau akan kembali bukan? Aku...aku berjanji akan selalu menunggu ke datangan mu Keane...aku berjanji...." kata Mutia.
Ia berjanji akan selalu menunggunya. Menunggu seorang lelaki yang berjanji untuk terus bersamanya. Ya....Itulah janji mereka berdua... Pasti anda semua pernah mendengar bahwa sahabat bisa jadi cinta... Dan inilah yang sedang ke dua insan itu rasakan....
The End
Tag :
Romantic
2 Komentar untuk "Story : Karena itu adalah janji ku"
Aku sangat menyukai cerita ini ^_^
Nice Story ^_^
Thank's ^_^